Friday, June 22, 2012

Indonesia, The Growing Entertainment Market Part 1

Indonesia sebagai negara terbesar ke 4 di dunia dalam jumlah populasinya merupakan market potensial untuk dunia entertainment. Dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa, kebutuhan akan hiburan sudah bukan menjadi kebutuhan sekunder lagi.

Dari sekitar 230 juta jiwa itu segmentasi market yang paling besar adalah segmentasi umur 7 sampai dengan 21 tahun. Itu yang dilihat oleh produser-produser di Indonesia, dengan bermunculannya ‘Girlband dan Boyband’ dikarenakan itulah segmentasi yang efektif pada saat ini. Perlu ditekankan PADA SAAT INI. Sebenarnya mereka bukanlah Girlband maupun Boyband, definisinya sudah tidak jelas di dunia entertainment Indonesia ini. Jika mengikuti definisi Boy/Girl Band itu terdiri dari beberapa personil yang masing-masing menguasai alat-alat musik tersendiri. Ya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut.

Intinya, BB/GB ini sekarang merupakan ladang uang bagi para produser/label yang membawahi semua BB/GB saat ini. Ini merupakan euphoria sesaat dengan target market anak umur 7 tahun sampai dengan remaja, ketika segmentasi ini bergeser maka era BB/GB akan berlalu. Yang bisa bertahan hanyalah segelinitir, yang hanya mengandalkan penampilan fisik akan tenggelam dengan sendirinya, yang mengandalkan kekuatan manajemen semata juga akan tenggelam dengan sendirinya.

Dengan banyaknya jumlah ‘BB & GB’ sekarang ini, sudah memenuhi ‘demand’ dari dunia hiburan kita, apabila dalam istilah ekonomi itu ‘over supplied’ dimana jumlah ‘supply’ sudah melebihi ‘demand’ yang ada, singkatnya sudah terlalu banyak BB & GB itu. Jadinya produser-produser sudah latah dengan menciptakan clone-clone BB & GB.

Di Indonesia SMASH dianggap sebagai group vokal ala boyband pertama di Indonesia, sebenarnya banyak sebelum SMASH sudah eksis di Indonesia, seperti Kahitna dan sebagainya. Cuma pada saat itu pengaruh boyband/girlband dari Korea belum menjamur jadi ya dianggap hanya group biasa saja. Pada saat SMASH diluncurkan banyak tanggapan positif maupun negatif dari konsumen hiburan Indonesia; sentimen negatif itu wajar, tapi market yang mebuktikan bahwa formula itu sukses, terbukti dengan kesuskesan SMASH yang mungkin melebihi group-group sebelumnya yang pernah eksis di Indonesia.



Nah formula itu yang di copy dengan produser-produser lain dengan munculnya ‘boyband-boyband’ lain seperti, MAX5, HITZ, Dragonboyz, S9B dan lain-lainnya. SMASH dianggap pelopor juga tidak seratus persen benar, tetapi sebagai suatu fenomena yang memulai suatu trend di Indonesia itu benar. Sentimen negatif kepada SMASH itu wajar; seperti dicap meniru-niru K-Pop dan sebagainya, akan tetapi market yang menentukan semuanya.

To Be Continued…

No comments:

Post a Comment