Monday, September 17, 2012

Noah's Revelation, End of BB/GB? Really? Part 2

Menyambung tulisan terakhir, ada benarnya kembalinya Ariel Peter Pan di Noah akan sedikit mengguncang blantika musik Indonesia sekali lagi, tetapi tidak berarti seluruh genre musik yang lain akan tenggelam dengan sendirinya. Group-group (boyband/girlband), Pop Melayu, Dangdut Rock akan tetap memiliki pasarnya masing-masing.Penduduk Indonesia ada sekitar 220 juta jiwa, anggaplah hanya 10% yang mengikuti dan menikmati musik, yaitu sekitar 22 juta jiwa, dan masing-masing akan memiliki preferensi sendiri-sendiri dengan cita rasa musiknya, dan satu lagi pada umumnya satu orang tidak mungkin HANYA suka satu jenis musik.

Jadi analyst yang membuat pernyataan bahwa Noah akan 'mematikan' BB BB dan GB GB yang belakangan ini 'menjamur' itu SALAH. Mungkin akan ada BB BB dan GB GB yang akan bubar dalam waktu dekat, tapi itu bukan gara-gara kembalinya Noah akan tetapi karena INKONSISTENSI group-group itu sendiri. Group-group yang tetap konsiten dan tetap bekerja keras akan terus eksis di musik Indonesia. Mungkin pada saat ada beberapa BB/GB yang bubar akan bersorak bahwa analisis mereka benar, tetapi tunggu dulu, harus objektif. Kalau memang Noah akan mematikan BB/GB maka dengan argumen itu SEMUA BB dan GB harus bubar. benar?

Inti dari artikel ini adalah, segmentasi market musik/entertainment kita itu sudah sangat besar sekalai, sudah berbeda dari 3 atau 4 tahun lalu, musik/entertainment adalah kebutuhan saat ini. Jadi jangankan BB/GB/Groups, genre apapun akan tetap memliki pasar tersendiri. Jadi jangan terburu-buru menyatakan Noah datang yang lain 'mati', get real :)

Just my 2 cents

Friday, September 14, 2012

Noah's Revelation, End of BB/GB? Really? Part 1


Peter Pan, khususny Ariel harus diakui adalah suatu fenomena musik yang cukup berpengaruh di dunia musik Indonesia; di tahun 2000-an memang Peter Pan merajai tangga musik di Indonesia. Two thumbs up untuk mereka, lagu-lagu hits mereka terdengar dimana-mana, mulai dari angkot sampai ke cafe-cafe upscale. Seakan tanpa terbendung popularitas Peter Pan semakin melambung sampai kasus Ariel mencuat, otomatis Peter Pan mati suri. Pada saat Peter Pan vacum ini mulailah bermunculan gorup vokal cowo (lebih populer disebut boyband) SMASH dan diikuti oleh group vokal cewe (lebih populer disebut girbland) 7ICONS di dunia musik Indonesia.

Kehadiran SMASH dan 7ICONS mungkin dinilai oleh beberapa pihak saat yang tepat untuk memeriahkan blantika musik kita semasa vakumnya Peter Pan dan dianggap karena Peter Pan tidak ada maka group-group ini bisa booming, Itu tidak tepat sebenarnya; walau Ariel tidak mendapatkan masalah, group-group ini akan tetap muncul dan berkembang seiring dengan trend Global saat ini yaitu K-Pop. Dengan pengaruh globalisasi dan konsumsi media yang besar, trend K-Pop akan tetap me'wabah' dan menciptakan 'demam' baru ke musik Indonesia, sama halnya pada tahun 1990an pada saat 'demam' NKOTB, N'Sync dan Spice Gilrs (search di GOOGLE yah kalau ga tau apa itu ).

Trend musik itu evolves seperti roda yang berputar, nothing lasts forever. Walau Peter Pan saat itu tetap berkarya, group-group dan band lain (Melayu seperti ST12, dll) akan tetap memasarkan diri mereka dan memenangkan hati publik untuk 'ngefans'. Evolusi genre itu paling lama 5 tahun, setelah 3 tahun akan mulai bergeser; coba lihat ilustrasi di bawah ini
Market Musik Indonesia dimulai dari 1985 sebab di bawah itu sudah akan direpeat dalam waktu dekat

1985-1990
Musik yang mendayu-dayu masih mendominasi sampai sekitar 1988 musik Heavy Metal yang dipengaruhi Guns'N'Roses dan Metaliica mulai masuk ke Indonesia

1990-1995
Transisi Heavy Metal ke era musik Pop ; Slank, Kahitna, KLA Project, Ada Band, AB Three dan sebagainya

1996-2000
Transisi Pop ke Soft Rock ; Dewa 19, SO7, Padi, Gigi, Naif, dan sebagainya

2000-2005
Soft Rock dan Pop Rock ; T2, J-Rocks, Ratu, Peter Pan, Andra & The Backbone, dan sebagainya

2006-2009
Kejayaan Pop Rock ; Peter Pan, Andra & The Backbone, D'Masiv, The Changcutters, Nidji, dan sebagainya

2008-2010
Transisi dari Pop Rock ke Rock Melayu ; ST12, Matta, Wali, Armada dan sebagainya

2010-unknown
Transisi ke group(BB/GB) yang dipengaruhi berat oleh J-POP dan K-POP ; SMASH. 7ICONS, Cherrybelle, S9B, dan banyak lagi yang sejenis

Ilustrasi di atas hanya gambaran berputarnya genre musik di Indonesia, memang di era-era itu banyak genre lain yang eksis, tapi nama-nama yang disebutkan di era itu adalah yang menonjol pada saat itu.

To Be Continued,,,


Wednesday, August 8, 2012

On Air : Behind the Scenes of On-Air Music Performances : Part 2

Menyambung postingan kemarin, memang itu yang ditulis bukan semuanya bagi stasiun televisi, tetapi itu merupakan garis besar acara musik itu.

Bagi artis/musisi sendiri;

  1. Artis/musisi perlu stasiun TV untuk menaikan media eksposure mereka dengan sering tampil di acara on-air musik, jadi dari management yang baru akan mengorbitkan artisnya akan melobby keras stasiun televisi untuk bisa tampil on-air
  2. Bagi sebagian artis tampil on-air di TV, terutama artis solo biasanya tidak masalah dengan perlengkapan, akan teteapi bagi group atau band justru mereka ditekan untuk tampil bukan seperti mereka sendiri dengan alasan teknis, alatnya kurang, micnya cuma tiga dan sebagainya. Dan pada akhirnya harus playback, bagi artis baru mungkin harus menerima, sebab juka tidak demikian mereka tidak akan bisa muncul di on-air. Akan tetapi artis yang sudah eksis biasanya sudah tidak mau menerima kondisi ini, mereka tetap mau tampil live dengan didukung minimal perlengkapan yang cukup atau mereka memilih untuk tidak berpartisipasi di acara musik itu. Nah, pada saat ini, biasanya artis itu bisa disisihkan oleh stasiun TV karena dicap ribet/sombong; sedangkan artis itu justru menghindari predikat playback/lipsync yang riuh dibicarakan.
  3. Dan artis yang sudah mulai mengorbit biasanya jadwal tampil dimana-mana mulai banyak, akan tetapi mereka harus mengimbangi dengan penampilan on-air di TV sebab persepsi masyarakat kita jika tidak tampil di TV lagi berarti sudah gak laku atau tenggelam.
  4. Dalam prakteknya sekarang manajemen artis akan sebisanya mengisi job off-air dan kemudian memberikan slot kosong ke stasiun TV untuk perform On-Air, salah satunya adalah masalah kompensasi fee on-air yang bisa hanya 1/20 dari kompensasi fee off-air (ini variable masing-masing artis bisa berbeda). Kadang biaya untuk make-up dan persiapan jauh melebihi kompensasi yang diterima. Inilah juga menjadi salah satu alasan kenapa jarang tampil on-air tetapi ambil job off-air bagi artis/musisi itu.
  5. Job on-air terutama yang live malam hari kadang perlu persiapan dua hari; contohnya acaranya besok malam pukul 19:30, tapi hari ini sudah harus blocking GR dari sore sampai malam (itu lazim) dan besoknya sudah harus stand by dari siang harinya. Sesampainya di venue ya pada umumnya menunggu dan menunggu sampai jam perfrom, dan performance yang hanya satu atau dua lagu perlu dua hari untuk mempersiapkannya.
  6. Tapi tetap show on-air dan off-air harus diseimbangkan, terutama show on-air yang hitungannya besar baik di nama dan eksposure seperti contohnya Indonesian Idol, Ultah stasiun Televisi, Acara Award-award dan sebagainya.
Intinya stasiun TV dan artis tetap saling membutuhkan, tidak bisa hidup tanpa satu sama lain. Memang plus minus di masing-masing pihak itu ada, akan tetapi itulah dunia entertainment, keras dan penuh dengan intrik. Dengan menggunakan hukum alam oleh Newton yaitu dimana ada aksi maka akan reaksi, itu yang mebuat dunia entertainment kita ini semakin menarik untuk disimak. 

Monday, August 6, 2012

On Air : Behind the Scenes of On-Air Music Performances : Part 1

Seringkali dipertanyakan kenapa artis ini atau artis itu tidak pernah muncul lagi di acara musik di televisi, sudah tenggelam ya? Gak laku lagi ya? Dulu kan sering tampil kok sekarang gak pernah muncul lagi yah? Dan banyak macam lagi pertanyaannya. Di postingan kali ini akan dicoba diberi sedikit bocoran informasi atau info tentang on-air perfromances di stasiun televisi.
Sangat benar sekali stasiun televisi dan artis/entertainer saling membutuhkan, stasiun televisi butuh pengisi acara dan artis/entertainer butuh eksposure di publik salah satu cara yang paling efektif adalah dengan sering muncul di acara musik di televisi. Kedua pihak ini saling bersinergi untuk kebaikan masing-masing dari awal. Suatu hubungan yang saling menguntungkan seharusnya teteap berjalan dan semakin baik kedepannya. Ya, itu teorinya, akan tetapi dalam pelakasanaanya tidaklah selalu indah seperti itu.

Bagi stasiun televisi;

  1. Stasiun TV butuh artis/musisi untuk mengisi acara-acara musik di stasiun TV nya dan tidak mau kalah dari stasiun-stasiun TV lainnya contoh ; Dahsyat, iMusik, Inbox, Mantap dan belasan acaranya lainnya yang setipe.
  2. Untuk mengundang artis/musisi, stasiun TV memliki budget , sebab artis/musisi secara professional tidak mungkin tidak diberikan kompensasi kecuali acara charity. Budget itu akan terus menggelembung jika jumlah pengisi acara semakin banyak
  3. Semakin banyak pengisi acara itu yang dikehendaki oleh audiense/pemirsa, sedangkan budget terbata ini
  4. Mulailah dibuat penghematan budget dengan dikurangi nilai kompensasi untuk si artis/musisi, sebab TV menyadari artis perlu eksposure, kartu ini yang dimainkan. Kemudian penghematan di biaya produksi seperti perlengkapan alat musik, contoh paling gampang adalah musik Playback, dimana artis terutama group yang memerlukan banyak microphone dan peralatan di-cut dan 'dipaksa' untuk playback. Dengan playback biaya produksi bisa ditekan serendah mungkin, dan stasiun TV tidak mau dibuat ribet harus menyiapakan perlengakapn untuk satu grup yang hanya menyanyi satu atau dua lagu saja.
  5. Budget untuk penggembira acara juga ditekan/dikurangi, supaya mereka bisa menggalang lebih banyak lagi massa yang menonton acara on-air secara live.
  6. Untuk acara-acara musik tertentu karen tingginya biaya produksi dibuatlah kuis-kuis SMS yang kelihatannya menggiurkan akan tetapi justru bisa membantu sebagian besar biaya produksi acara itu. Baca itu di sini
  7. Acara musik ini harus jalan terus sebab ini adalah satu satu icon keberhasilannya, semakin banyak artis yang berpartisipasi, semakin baik predikat acara itu.
  8. By the end of the day, acara itu harus untung secara keseluruhan. Pendapatan iklan & on-screen promotionn + SMS harus bisa melebihi biaya produksi yang meliputi fee artis/musisi, fee extras, stage & equipment dan sebagainya. Jika acara itu merugi maka dari stasiun TV akan menghentikan acara itu dengan sendirinya. Jika kita lihat acara-acara musik yang masih bisa bertahan dapat kalian nilai sendiri.
To be continued...

Wednesday, July 25, 2012

Award?

Penghargaan dan award, apakah itu penting? Well, bagi sebagian besar orang penghargaan dan award sangat penting. Sebab itulah predikat mereka istilahnya diakui oleh orang lain akan pencapaian-pencapaiannya. Di sisi lain ada yang menganggap penghargaan dan award itu bukanlah segalanya.


Dalam hal ini contoh yang paling konkrit adalah 7ICONS; bagi sebagian besar orang mungkin menilai bahwa group ini tidak pernah memenangkan satu penghargaan/award satupun. Tapi HARUS dicatat dan diingat, memang benar mereka belum pernah menang penghargaan/award YANG menggunakan sistem VOTING. Sistem voting disini menggunakan sistem terbuka dimana voting konsumer yang paling banyak yang masuk yang menang. Itu benar 100% BELUM pernah menang dengan sistem penghargaan yang menggunakan sistem suara SMS terbanyak.

Akan tetapi mereka mendapatkan beberapa penghargaan/award dari professional-professional dan lembaga-lembaga kredibel yang tidak perlu digembar-gemborkan. Contoh penghargaan itu antara lain adalah Johnny Andrean Award dan Duta Lingkungan UNESCO. Memang tidak sepenuhnya berhubungan dengan dunia entertainment Indonesia, akan tetapi pengakuan dari kalangan profesional dan instansi mungkin bisa menjadi lebih berarti bagi 7ICONS.

Selain dari dua award itu masih ada beberapa award lain yang diberikan ke mereka tanpa melalui proses voting massal, penghargaan-penghargaan tersebut diberikan karena peranan dan kontribusi mereka di bidang yang dinilai.

Memang mungkin akan ada pertanyaan kalau belum pernah menang award music dan sejenisnya berarti belum menjadi yang terbaik; well, jika itu merupakan argumen yang dipakai maka musisi terbaik harus menang setiap saat; jika satu kali saja tidak mendapatkan penghargaan itu berarti bukan menjadi yang terbaik. Lemah bukan argumentasi seperti itu?

Di atas langit ada langit; sky is limitless, yang paling penting adalah konsistensi dalam kontribusi dalam berkarya.

Award is nice and good to have, but it is not a pre-requisite to be good.

Monday, July 16, 2012

7 ICONS

Setelah boom SMASH, 7 gadis yang tergabung dalam 7ICONS dengan tiba-tiba masuk ke blantika musik Indonesia. Dengan acara perdana di Trans, penampilan mereka menuai pro dan kontra, pada awalnya banyak komentar negatif yang terhadap mereka. Ada yang bilang plagiat SNSD, plagiat K-Pop, ga bisa nyanyi, narinya berantakan dan sebagainya. Tapi perlu diberi acungan jempol, di situasi K-Pop yang sedang booing di Indonesia mereka berani menerobos dan tampil, walau banyak kekurangan disana-sini.
Dengan single Playboy yang 'catchy' walau lyricnya cukup 'cheesy' cukup memberikan kesan yang mendalam ke publik entertainment, dengan suksesnya single itu, dalam satu bulan bermunculan lah group-group all-girls lainnya seperti Cherrybelle, Supergirlies, Princess, Maskara dan lain-lainnya. Cukup aman jika dibilang 7ICONS pelopor di genre ini, tapi mereka bukanlah yang pertama(itu harus diingat).  

Setelah dengan single Playboy, mereka yang secara ekslusif dikontrak oleh group Trans 'menggebrak' televisi dengan drama serial Go Go Girls yang sempat bertahan sampai dua season walau tidak selesai tayangnya.  Di drama serial ini, kemampuan akting mereka diuji dan diasah, yang semakin hari semakin matang dan akhirnya sampai main di beberapa FTV di Trans, RCTI, SCTV dan ANTV.

Karir mereka tidaklah selalu mulus, naik dan turun itu wajar, mulai dari masalah internal maupun eksternal, cercaan demi cercaan merek terima setiap hari. Tapi justru itu yang membuat mereka semakin solid sampai dengan hari ini. Seperti yang pernah kutulis di beberapa post yang lalu, group yang konsisten yang akan bertahan di dunia entertainment yang keras dan gampang melupakan ini. 7ICONS tidaklah sempurna, kemampuan vokal bertujuh belum solid, masih jauh dari solid, koreografi dance tetap harus diasah, akting juga mungkin harus sekolah lagi, tapi itu proses dari pengembangan diri, jika belum apa-apa sudah jago semua justru akan membawa pembawaan mereka beda dari saat ini yang cukup boleh dibilang down to earth. Kekurangan demi kekurangan ditemukan setiap hari dalam perjalanan karir 7ICONS.

Saat ini mungkin 7ICONS dibandingkan langsung dengan Cherrybelle, dari awal sampai sekarang. Di publik entertainment Indonesia mungkin lebih menerima dengan image cute-cute ala Korea/Japan yang sesuai dengan segmentasi market yaitu anak-anak kecil, makanya secara umum, Cherrybelle atau Chibi seakan lebih populer dengan penampilan mereka yang Chibi (Cute/Mini dalam bahasa Jepang), di sisi lain 7ICONS yang selalu tampil dengan konsep yang berbeda-beda sering susah diterima/dicerna oleh publik market anak-anak (Kadang tampil Gothic, kadang tampil cute sailor, kadang tampil lain-lain yang sering dinilai oleh orang "Gak Jelas Penampilannya"), tapi justru itu yang membuat group ini unik. 7ICONS terdiri dari 7 orang yang berbeda karakter tetapi sama kedudukannya dalam group, mereka bertujuh adalah 7ICONS, jika satu saja diganti personilnya maka mereka bukanlah 7ICONS lagi. Lain dengan Cherrybelle, dengan jumlah personil yang sembilan orang, yang lebih menonjol terlihat sekali ada beberapa personil, sedang yang lainnya 'seakan-akan' hanya sebagai pelengkap saja. Jika kita menilai secara objektif, ya itulah apa adanya.

Ini dipertegas pada saat adanya penggantian dua personil Cherrybelle, management Chibi dengan gamblang menyatakan dua personil ini diganti karena sudah 'ketuaan', dan Cherrybelle adalah BRAND  NAME. Jadi bisa saja dalam 5 atau 6 tahun (Jika masih ada), Cherrybelle tetap ada dengan sembilan personil yang baru semua :)

Pada akhirnya waktu yang akan menentukan apakah 7ICONS bisa tetap eksis dan berkarya di Indonesia. We will never know, tapi dengan melihat perkembangan mereka setiap hari dan apa yang sudah mereka lakukan, 7ICONS punya harapan; besar; untuk bisa terus sebagai 7ICONS dan menghibur Iconia atau siapapun.

- end -

Friday, July 13, 2012

Social Networking : Necessary Evil Part 2...

Online Social Network saat ini merupakan media paling efektif bagi marketer untuk memasarkan produk-produk mereka. Mulai dari produk jadi, produk jasa, sampai ke selebrity/artis/aktor. Semuanya menggunakan jasa online social network ini. Di Indonesia saat ini Twitter memegang peranan besar selain Facebook, Twitter lebih dipilih saat ini karen kesederhanaanya, dengan 150 karaketer seperti SMS dan dengan sistem follower yang unlimited, sepertinya Twitter sudah menjadi raja di bidang social networking ATAU social marketing. Semua pesan-pesan'sponsor' dapat disampaikan dengan efektif. Bukan hanya di Indonesia saja, tapi di Amerika Serikat dimana pengguna Twitter paling banyak di dunia, perusahaa/artis/selebrity menggunakan Twitter sebagai media interaksi mereka. Yang sangat dikhawatirkan dari Twitter adalah penggunanya, di Indonesia sebagian besar pengguna Twitter adalah anak-anak di bawah umur yang kemampuan berpikir objektifnya masih belum berkembang dengan sempurna. Jadi apa yang mereka baca dan terima di Twitter dianggap sebagai suatu fakta. Di satu sisi marketer ini sangat baik, berarti pesan yang diterima sampai dan 'berbekas', akan tetapi di sisi orang tua atau guardian, hal ini sangat merugikan, secara tidak langsung anak-anak 'dicuci-otak' nya dengan pesan-pesan yang disampaikan secara virtual. Jika sampai ke pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini akan menjadi sangat bahaya. 


Twitter dengan jumlah penguna yang sudah sangat banyak sekali merupakan sarana efektif untuk mempromosikan apapun, perusahaan minuman dengan produk minumannya, perusahaan kosmetik dengan kosmetik-kosmetiknya, jasa konsultasi dengan kata-kata motivasinya, aktor dengan promosi filmnya, penyanyi dengan lagu-lagunya dan banyak lagi. Selain itu pengguna indiviudal juga semakin bertambah setiap harinya, dapat dibayangkan potensi dari social network ini (Twitter). 


Selaku pengguna Twitter juga harus berhati-hati dnegan apa yang di tweet, terutama yang memliki followers yang banyak, dikarenakan sebagian besar penguna Twitter tadi adalah segmentasi umur yang tadi, maka apa yang di Tweet dapat dianggap benar. Jadi seperti yang pernah disampaikan 'tetangga' You Tweet What You Are :) Tweet lah dengan bijak. Last but not least, tidak semua yang Tweetnya 'bodoh/tidak bertanggung-jawab' itu anak di bawah umur, banyak juga dari orang dewasa :) jadi bagi yang masih di bawah umur jangan kecil hati :D

Monday, July 9, 2012

SMS Voting : Is It Justifiable? Part 2...

Melanjutkan topik SMS voting kemarin, apakah SMS voting itu objektif? Contoh yang paling konkrit, Indonesian Idol 2012 kemarin,  hanya penyelenggara dan provider yang benar-benar tau hasil polling sms yang sebenarnya. Kita sebagai penonton ya tetap sebagai penonton saja; seperti yang selalu dingiang-ngiangkan sang MC "Ayo, masih ada waktu untuk medukung idola Anda, jangan sampai karena Anda kurang mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya, idola Anda tidak menjadi Indonesian Idol 2012" sepanjang acara berdurasi 4 jam itu, pesan-pesan untuk mengirimkan SMS untuk mendukung terus disampaikan. Kita sebagai penonton terbawa emosi untuk memilih idola kita dan langsung mengirimkan SMS dukungan, menurut info dari sumber yang dapat dipercaya, traffic SMS dukungan yang masuk dalam satu minggu sebelum pengumuman kemarin sangat tinggi. Dapat dibayangkan uang yang keluar masuk selama satu minggu itu.

Benar hanya penyelenggara dan provider saja yang tahu hasilnya. Dan WALAU jumlah dukungan SMS terbanyak pun tidak menjamin itu yang akan diumumkan ke publik. Sebab ini dilakukan secara tertutup, walau si A mengumpulkan suara paling banyak, bisa saja si B atau C yang menang. Memang tidak di semua event yang menggunakan SMS polling bersifat demikian.

Dalam hal voting idola, ada banyak kejadian anak-anak yang menghabiskan uang jajannya untuk membeli pulsa demi mendukung idola mereka masing-masing, belum lagi yang negatif yang mengambil uang orang lain (mencuri) untuk beli pulsa. Cukup prihatin, tapi inilah yang terjadi tanpa kita sadari. Kata kunci di polling SMS adalah "Kirimkanlah sebanyak-banyaknya", nah dalam hal ini akan menunjukan bahwa siapapun yang dananya kuat bisa memenangkannya. Coba dipikirkan lagi business model seperti ini, ini legal secara hukum, sebab secara legal kita sendiri yang megirimkan SMS dengan kemauan dan kesadaran sendiri. Jadi tidak bisa menyalahkan siapapun, baik itu penyelenggara maupun provider.

SMS polling tidak harus dilarang, akan tetapi teknis pelaksanaanya yang harus dibenahi JIKA ingin hasilnya OBJEKTIF. Salah satunya adalah dengan membuat filter, satu nomor satu pilihan; jadi dari satu nomor telepon/hp hanya bisa memilih satu kali per setiap sesinya, tapi ini merugikan penyelenggara/provider secara tidak langsung; jumlah pulsa yang digunakan jelas sangat sedikit sekali jadinya. Serba salah juga di dunia jadinya sebab mereka sebagai penyelenggara harus membayar biaya produksi acara tersebut, dalam hal Indonesian Idol mereka harus membayar ke Fremantle untuk acara ini, belum lagi biaya karantina dan lain-lainnya.

Inti dari tulisan ini satu : Be Smart! Kita boleh SMS untuk mendukung idola kita, tapi vote secara wajar. Jika sampai menghabiskan ratusan ribu sampai jutaan untuk mendukung idola itu tidak bijak sama sekali, bayangkan uang pulsa itu bisa digunakan untuk hal-hal lain yang lebih berguna. Be Smart, Be Smart...

Indonesia, the Growing Entertainment Market Part 4...

Di dunia entertainment, dimanapun itu pada umumnya sama, akan tetapi di Indonesia artis karbitan itu bertumbuhan seperti jamur di lahan lembab. Ada yang menilai SMASH dan 7ICONS adalah artis karbitan. Sekarang definisi karbitan yang dimaksud adalah artis yang naik daun karena perlakuannya yang sensasional dalam hal ini ke hal yang kontroversial. Yang pada umumnya memang tidak memiliki skill apapun. Smash dan 7icons mungkin naik daun dalam waktu yang singkat tapi tidak membuat mereka menjadi artis karbitan. Group-group setelah itu mulai ke arah karbit karena sudah dipelopori maka dengan mengikuti trend dengan sendirinya cepat naik daun.

Artis karbitan pada umumnya umurnya seumur jagung. Market entertainment itu mudah melupakan, terutama di Indonesia. Gampang lupa. Kecuali sang artis karbit itu tetap melakukan hal-hal yang kontroversial. Bagi masyarakat sebagian mungkin itu adalah hal yang memalukan. Tapi mayoritas yang memutuskan; maksudnya adalah selama kontroversi itu membawa pro dan kontra itulah makanan media dan dunia entertainment kita sehari-hari. Artis karbit jika tidak melakukan sensasi akan hilang dengan sendirinya; akan tetapi artis karbit yang 'pintar' akan menggunakan sebaik-baiknya "5 Minutes of Fame" nya. Sebelum efek karbitnya hilang, artis itu sudah mendapatkan apa yang dikehendakinya; jadi walau efek karbit itu udah pudar tidak akan membuatnya kurang apapun.

To be continued...

Tuesday, June 26, 2012

SMS Voting : Is it Justifiable? Part 1...

SMS voting, beberapa tahun terakhir ini, SMS voting sudah menjadi suatu keharusan kontes apapun untuk menentukan sesuatu, bisa untuk menentukan favorit, kategori sampai dengan menentukan pemenang. Sistem ini mungkin praktis secara teknis dan efektif secara marketing, akan tetapi banyak pertanyaan yang berpotensi timbul dari sistem voting seperti ini yaitu antara lain; apakah sistem ini objektif? Apakah hasil nya merupakan yang terbaik? Apakah hasil akhirnya bisa diubah atau dimanipulasi? Apa keuntungannya bagi penyelenggara, kontestan maupun provider? Apakah ini tidak membuat yang memili sumber (uang) yang kuat akan memenangkan sesuatu dengan voting sebanyak-banyaknya? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Saya akan mencoba mendiskusikan dan melihat dari perspektif saya sendiri dan berdasarkan beberapa pengalaman yang pernah saya maupun teman-teman alami dengan SMS voting dalam beberapa tahun terakhir ini. 


SMS voting pada umumnya melibatkan tiga pihak, yg pertama adalah penyelenggara acara, kedua adalah provider telekomunikasi, dan yang ketiga adalah konsumen/voters. Diantara tiga pihak ini akan ada beberapa pihak lagi yang saling terhubung. Secara teknis mungkin tidak perlu dijelaskan disini, sebab anda bisa google tentang SMS voting lebih lanjut.


Paradigma SMS voting di Indonesia terutama di dunia entertainment, IMHO cukup mengkhawatirkan, sebab objektivitas dari polling tersebut sangat diragukan; satu yang pasti konsumen/voter yang akan dirugikan, dengan tarik pulsa SMS premium Rp.2000,- adalah sangat memberatkan, contoh jika ada anak sekolahan yang diminta vote artis idolanya untuk memenangklan sesuatu, secara fans dia akan berusaha untuk voting sebanyak-banyak, 10 SMS saja sudah Rp. 20.000,- yang mungkin nilainya tidak seberapa bagi sebagian orang akan tetapi bisa sangat berharga bagi kebanyakan orang. Itu baru 10 SMS, jika satu orang vote 20 atau 30 dikalikan jumlah yang voting, bisa dibayangkan nilai transaksi yang terkumpul. Apalagi jika event penyelenggara berskala besar, seperti pemilihan idola, pemilihan ratu-ratuan dan sebagainya.


Dengan logika seperti itu maka dapat ditarik kesimpulan awal bahwa siapa yang pendukungnya kuata (dalam hal ini jumlah dan kekuatan dana untuk beli pulsa), akan memenangkannya. Jadi votinglah sebanyak-banyaknya, belilah pulsa sebanyak-banyaknya maka idolamu akan menang. Itulah gimmick yang diiiming-imingi oleh penyelenggara. Tapi apa keuntungan bagi voter/konsumen? Setelah voting ratusan bahkan ribuan kali eh ternyata idolanya tidak menang, sudah pulsa habis; bagi anak sekolah yang uang jajannya pas-pasan akan benar-benar terasa efeknya. Think about it?!


Akan tetapi gimmick itu juga bisa menjadi ilusi, sebab sistem itu dibuat tertutup, tidak ada yang bisa tahu hasil voting yang sebenarnya kecuali dua pihak pertama, penyelenggara dan provider. Ada case, dimana ada yang mendapatkan vote terbanyak jauh dari kompetitornya tapi tetap tidak dimenangkan oleh penyelenggara karena banyak alasan yang mungkin di luar kapasitasku untuk dibahas disini. I know but I won't point fingers...

To be continued...

Monday, June 25, 2012

Social Networking : Necessary Evil Part 1...

Dalam satu dekade terakhir, perkembangan online social networking sudah sangat berkembang pesat di Indonesia. Dimulai dari Yahoo Messenger, MSN Messenger, Friendster dan ICQ. Mungkin untuk dua yang terakhir ini sudah jarang dipakai saat ini, akan tetapi itulah awal boomingnya social networking. Saat ini otomatis Facebook, Twitter dan BBM menjadi tri tunggal power social networking di Indonesia. Di satu sisi, social networking membuat pergaulan dan pertemanan menjadi lebih luas; TAPI ingat 80% adalah di dunia maya/internet, dimana interaksi langsung antara teman itu terjadi secara virtual. Di sinilah titik lemah dari dari online social networking, akan tetapi justru titik lemah inilah yang dieksploitasi oleh banyak pihak yang tidak bertanggung jawab.

Dengan jumlah penduduk yang sangat banyak di Indonesia, JIKA dengan hanya 3% saja penduduknya memiliki satu saja account Social Networking, maka dengan mudahnya ada sekitar 7 juta account; yang terdiri dari account Facebook, Twitter atau yang lain lainnya. Dan dapat dipastikan jumlah account social media yang aktif di Indonesia kemungkinan besar melampaui jauh angka itu.


Bayangkan jika dengan 7 juta account, itu merupakan target potensial bagi marketer/advertiser sampai ke orang-orang yang berniat tidak baik.  Dari 7 juta account itu sebagian besar saat ini adalah anak-anak di bawah umur 12 yang judgement mentalnya masih sangat-sangat polos. Nah, justru saat ini jika kita lihat atau baca dari berita-berita bahwa sebagian besar korban 'online' kebanyakan adalah mereka-mereka ini yang masih 'terlalu mempercayai' apapun yang mereka baca/lihat di Internet. Beranggapan bahwa apa yang mereka terima itu adalah benar. Seperti ada quotation bahwa mata menerima apa yang otak bisa proses. Jadi jika otak masih belum bisa menyerap dan memilah informasi yang diterima, maka mata akan menerima pesan itu apa adanya dan dibawa ke hati dan otomatis menjadi suatu pedoman alias percaya. 


Banyak sudah contoh-contoh immaturity pemilik account social media dan perilakunya; akan dicoba ditelaah di bawah ini, semua ini berdasarkan observasiku selama ini

Facebook:
1. Menyamar menjadi seseorang untuk mendapatkan pengakuan hidup dari banyak orang, bertindak seolah-olah menjadi orang itu. Jika diobserve dari wall nya akan terlihat tata bahasa yang masih terllau kecil. Bahkan mungkin pemilik account itu adalah anak SD kelas 5 atau 6.
2. Menyebarkan hate di wall-wall pertemananya. Hate crime di negara maju sudah menjadi tindak kriminal yang dapat diproses secara hukum, cuma di Indonesia masih dianggap hal biasa
3. Menyebarkan informasi palsu demi keuntungan pribadi, ini memang biasanya dilakukan oleh orang dewasa sebab mereka menyadari sebagian besar pengguna adalah anak di bawah umur yang bisa dibohongi, contoh; artis minta pulsa dari Facebook, ayo dipikir saja secara bodoh, apakah mungkin?
4. Bangga dengan 5000 friends yang tentunya tidak ada yang dikenal

Dan masih banyak lagi perilaku 'immature' di Facebook. Dalam hal ini context dari immature tidak terbatas kepada anak kecil saja, tetapi juga orang dewasa; justru immaturity orang dewasa inilah yang sangat berbahaya ke pemegang account yang masih anak-anak semua ini.

To Be Continued...

Saturday, June 23, 2012

Indonesia, the Growing Entertainment Market Part 3

Kenapa di dua postingan yang sebelumnya hanya dibahas tentang SMASH dan 7ICONS saja? Ya sebab dua dari group itu sudah mewakili dari masing-masing gender group yang sedang booming di Indonesia. Jika satu per satu group dibahas maka mungkin akan sampai part 15 atau bahkan part 20 sekalian. Intin dari pembahasan ini adalah fenomena yang diatur oleh market, bukan group itu sendiri yang menjadi topik (belum). Suatu saat yang mungkin dalam waktu yang tidak lama lagi, mungkin akan ada fenomena entertainment baru lagi yang akan dengan sendirinya meredakan demam group/boyband/girlband sekarang ini.

Saat ini perkembangan group-group ini sudah mulai mencapai titik jenuh, dengan munculnya group baru, reaksi dari masyarakat adalah "Oh, lagi-lagi yang ginian" atau "Oh, masih ada lagi yah?" dapat kita amati dengan sendirinya. Bersyukur bagi group-group yang sudah eksis dari awal dan memiliki fanbase yang cukup solid seperti SMASH, 7ICONS, Cherrybelle, Supergirlies, Hitz, S9B dan Max5; itu dikarenakan mereka sudah start dari awal mulai 'demam' ini. Bukannya mendiskreditkan group-group lain yang mungkin jumlahnya sudah puluhan akan tetapi mulai saat ini , masyarakat melalu fanbase yang akan cukup menentukan kelangsungan eksistensi group-group tersebut.

Produser atau management group-group itu sangat sadar dengan hal ini, dimana suatu tujuan utama adalah tujuan ekonomi untuk mencari pemasukan sebesar-besarnya dari 'aset-aset' mereka yang sedang booming. Hukum ekonomi sangat berlaku di dunia entertainment. Jika suatu hari 'aset-aset' mereka sudah mulai berkurang nilainya, saatnya untuk 'likuidasi' maupun 'substitusi', seperti yang terjadi dengan Cherrybelle; jelas menunjukan Cherrybelle itu adalah PRODUK, yang setiap saat dapat disempurnakan baik dengan disempurnakan, diganti atau dikurangi. Maksud dari produk ini seperti yang dijelaskan pada saat press conference SCTV beberapa waktu lalu, bahwa dua personilnya di'ganti' karena faktor usia [Bukan menjadi rahasia lagi bahwa sebenarnya usia bukanlah alasan utama penggantian itu]. Well, usia memang musuh setiap orang, tetapi jika memang Cherrybelle itu solid mau sampai pada umur 30 tahun pun, Cherrybelle is Cherrybelle, KECUALI memang dari tujuan produser/management tetap membidik segmentasi market umur muda seperti sekarang, JADI mereka yang mengadaptasikan PRODUK mereka ke konsumen. Secara ekonomi itu benar, konsumen adalah raja. Itu diserahkan ke managementnya :) They are the one who have the money

To Be Continued...

Friday, June 22, 2012

Indonesia, The Growing Entertainment Market Part 2

Setelah suksesnya SMASH, produser maupun studio yang merasa ini merupakan kesempatan emas untuk menangguk keuntungan besar secara cepat mulai mencari 'follower' dari group ini. Dengan beranggotakan semua laki-laki, SMASH dengan cepat menarik semua fans wanita yang mayoritas berumur dari 4 sampai dengan 21 tahun. Fans di luar demografi umur tersebut memang ada tetapi tidak significant jumlahnya.

Dalam waktu singkat pada bulan Oktober 2010 terbentuklah suatu grup vocal yang lebih dikenal sebagai girlband pertama di Indonesia, yaitu 7ICONS. Seperti di artikel sebelumnya, mereka bukanlah group vocal wanita yang pertama, sebab dahulu ada Elfa's Singer, AB Three dan lain-lainnya yang sudah sukses pada saat anggota 7ICONS masih duduk di bangku Taman Kanak Kanak. Cuma, dikarenakan dengan K-Pop fever yang sedang melanda Asia dan Indonesia pada khususnya, mereka diberikan predikat yang cukup berat yaitu 'Girlband Pertama' di Indonesia. Berat, baik dari tanggung-jawab maupun titel yang disandangnya.

7ICONS pada saat pertama kali tampl langsung secara instan menuai banyak kritikan mulai dari plagiator SNSD, suara berantakan, menari serampangan, sampai dengan wanita-wanita yang tidak sesuai dengan umur dan kostumnya. Pokoknya lengkap semua hujatan dan kritikan yang ditujukan ke 7ICONS. Penampilan demi penampilan mereka lalui, dan dengan menjamurnya group-group lain seperti Cherrybelle, Super Girlies, dan lain-lainnya membuat semakin kritis masukan yang dilemparkan ke mereka.



















Sampai saat blog ini di post, 7ICONS masih bisa tetap eksis di dunia entertainment Indonesia yang sudah sesak dengan SMASH-SMASH maupun 7ICONS-7ICONS. Konsistensi dan kualitas sangat diperlukan disini, memang benar bukan hanya modal tampang cantik dan body tinggi seperti model. Ini adalah dunia persaingan yang keras.

Di dunia entertainment yang perlu sensasi dan sesuatu yang baru, konsistensi dan kualitas kebanyakan ditinggalkan, dengan rata-rata satu bulan muncul satu group laki-laki maupun group perempuan, memberikan suatu ilusi bahwa kita sebagai konsumen masih perlu dengan BB/GB baru. Akan tetapi yang kita tunggu pada umumnya adalah 'Seperti apakah group berikutnya?', 'Cantik/cakep ga ya personilnya?' dan sebagi dan sebagainya. Kita sebagai market lah yang membuat mereka tetap bermunculan setiap bulan; jika memang pada saatnya trend dan fenomena ini berkurang ataupun berakhir maka yang akan tersisa hanyalah "Konsistensi dan Kualitas", saat ini kita sebagai 'penikmat' dunia entertainment Indonesia hanyalah bisa menunggu waktu saja.

To Be Continued...

Indonesia, The Growing Entertainment Market Part 1

Indonesia sebagai negara terbesar ke 4 di dunia dalam jumlah populasinya merupakan market potensial untuk dunia entertainment. Dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa, kebutuhan akan hiburan sudah bukan menjadi kebutuhan sekunder lagi.

Dari sekitar 230 juta jiwa itu segmentasi market yang paling besar adalah segmentasi umur 7 sampai dengan 21 tahun. Itu yang dilihat oleh produser-produser di Indonesia, dengan bermunculannya ‘Girlband dan Boyband’ dikarenakan itulah segmentasi yang efektif pada saat ini. Perlu ditekankan PADA SAAT INI. Sebenarnya mereka bukanlah Girlband maupun Boyband, definisinya sudah tidak jelas di dunia entertainment Indonesia ini. Jika mengikuti definisi Boy/Girl Band itu terdiri dari beberapa personil yang masing-masing menguasai alat-alat musik tersendiri. Ya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut.

Intinya, BB/GB ini sekarang merupakan ladang uang bagi para produser/label yang membawahi semua BB/GB saat ini. Ini merupakan euphoria sesaat dengan target market anak umur 7 tahun sampai dengan remaja, ketika segmentasi ini bergeser maka era BB/GB akan berlalu. Yang bisa bertahan hanyalah segelinitir, yang hanya mengandalkan penampilan fisik akan tenggelam dengan sendirinya, yang mengandalkan kekuatan manajemen semata juga akan tenggelam dengan sendirinya.

Dengan banyaknya jumlah ‘BB & GB’ sekarang ini, sudah memenuhi ‘demand’ dari dunia hiburan kita, apabila dalam istilah ekonomi itu ‘over supplied’ dimana jumlah ‘supply’ sudah melebihi ‘demand’ yang ada, singkatnya sudah terlalu banyak BB & GB itu. Jadinya produser-produser sudah latah dengan menciptakan clone-clone BB & GB.

Di Indonesia SMASH dianggap sebagai group vokal ala boyband pertama di Indonesia, sebenarnya banyak sebelum SMASH sudah eksis di Indonesia, seperti Kahitna dan sebagainya. Cuma pada saat itu pengaruh boyband/girlband dari Korea belum menjamur jadi ya dianggap hanya group biasa saja. Pada saat SMASH diluncurkan banyak tanggapan positif maupun negatif dari konsumen hiburan Indonesia; sentimen negatif itu wajar, tapi market yang mebuktikan bahwa formula itu sukses, terbukti dengan kesuskesan SMASH yang mungkin melebihi group-group sebelumnya yang pernah eksis di Indonesia.



Nah formula itu yang di copy dengan produser-produser lain dengan munculnya ‘boyband-boyband’ lain seperti, MAX5, HITZ, Dragonboyz, S9B dan lain-lainnya. SMASH dianggap pelopor juga tidak seratus persen benar, tetapi sebagai suatu fenomena yang memulai suatu trend di Indonesia itu benar. Sentimen negatif kepada SMASH itu wajar; seperti dicap meniru-niru K-Pop dan sebagainya, akan tetapi market yang menentukan semuanya.

To Be Continued…