Friday, March 22, 2013

What if: After "BUNGKUS"

Hello all,
Saatnya untuk "nyampah" di blog ini lagi. Di tulisan yang lalu sempat dibahas mengenai sinetron kejar tayang. Kali ini akan disambung pembahasannya dengan sedikit detail.

Kalau kita mengikuti 'berita' ada sinetron yang tayang ke sekian ratus bahkan ada yang mencapai ribuan episode. Nah our 7 baru saja menembus episode 50. Dalam 50 episode ini kalau menurutku sudah kehabisan ide cerita. Plot yang diulang-ulang dan 'tingkah' karakter yang repetitif. Seakan penulis sudah kehabisan ide untuk cerita; sebenarnya ini bukan hanya terjadi di C7S saja, banyak sinetron kejar tayang lain yang memiliki plot plot serupa, dan pada akhirnya karena dikejar tayang, penguluran episode akan sering terjadi. Coba perhatikan satu scene yang seakan diulur-ulur. Satu scene yang seharusnya 5 menit bisa selesai akhirnya diulur-ulur jadinya 10 menit.

Semua tergantung dari rating. Rating semakin bagus episode semakin panjang, rating menurun otomatis sinetron terancam di'bungkus'. Tapi dari production house/tv juga harus invest di skrip dan lokasi yg bagus. Perhatikan deh sinetron yg bagus dan kesannya gak nanggung dari lokasi shooting saja sudah kelihatan; tidak di tempat yg itu itu saja(walau pada case ini Rusun). Variasi lokasi juga bisa menambah kesegaran dari jalan cerita.

Di C7S apa yang kurang coba, penulisnya Hilman, pemain-pemainnya dari pemain senior kaliber piala Citra (Roy Marten, Minati Atmanegara dan Rico Tampaty ), regular pemain sinetron/FTV (Baim Wong, Cut Memey, Mischa, Raya, Gege, Shandy dan Gunawan) dan tentunya 7ICONS. Dari bobot pemain saja, sinetron ini harus hits. Cuma tetap jalan cerita yang menarik tetap sebuah keharusan.

Nah, jika dan ini hanya jika C7S dibungkus, nah terus mereka ngapain? :D Ini sudah tiga bulan ini merek amencurahkan semua energi dan waktu untuk ini. Jika setelah sekian episode lagi ternyata ratingnya turun, stasiun TV akan infokan ke production house bahwa jika rating ke depannya masih jelek maka sinetron ini akan dibungkus saja. Bagi PH dan stasiun TV akan dengan mudahnya cut semua produksi dan memulai project baru, pemain-pemain yang memang berasal dari sinetron mungkin akan dengan mudahnya pindah project, yang 7 ini akarnya adalah musik, di dunia musik tetap harus berkarya sebab pendatang-pendatang baru itu semakin hari semakin banyak yang berkiprah di dunia musik kita ini. Dengan vakumnya 7, mungkin akan sangat berat bagi mereka untuk kembali berkarya, apalagi semakin lama tayang sinetron akan semakin lama mereka vakum dari musik. Serba salah bagi fans, mau melihat terus di layar kaca, juga mau lihat mereka tetep perform di musik; sebenarnya fans yang menentukan. Coba dipikirkan semakin 'minat' fans akan 'idola' semakin berkibar pula idola itu, setelah fans mulai meninggalkan idola itu maka dengan sendirinya idola itu akan tenggelam, alias gak laku. Walah jangan sampe itu terjadi yah. Anyway, ini tulisan memang tidka memberikan solusi terhadap apa yang sedang terjadi, hanyalah sharing sedikit sudut pandang dari sisi lain saja.

In the end, Production House/TV stations are still the winners.


2 comments:

  1. Agree!! Sebuah sinetron kejar tayang suka panik dengan alur cerita, tapi kalo boleh komen, sebuah produksi mau bungkus atau tidak, itu masalah team work. Nama ngetop, bukan jaminan. Bisa saja, cerita sedetail mungkin, eksekusi di lapangan adem. Atau sebaliknya, pemain maksi, ngedirect atau storinya, lemah. Hingga kita nggak bisa menyalahkan satu sisi saja, terutama cerita yang dianggap berputar-putar. Kadang tayangan yang dicela-cela di social media, tiba-tiba ratingnya kenceng. Sebaliknya, tayangan yang dipuji-puji juga nggak menjamin rating. So, suka bingung dengan industri ini. Sekedar curcol saja, mas. Ga boleh diambil hati ya hehehhe.. salam

    ReplyDelete